Tuesday, August 3, 2010

ANALISA USAHA IKAN LELE DUMBO 


Di dalam dunia bisnis, analisa usaha merupakan kegiatan yang sangat penting, dari analisa usaha tersebut dapat diketahui besarnya keuntungan usaha tersebut. Analisa usaha lele dumbo sangatlah bervariasi, dan ini disebabkan oleh perhitungan biaya operasional yang dipengaruhi oleh besarnya unit usaha, jenis alat dan bahan yang digunakan, serta letak lokasi usaha. Besarnya biaya yang tercantum dalam analisa usaha ini dapat berubah setiap waktu, sesuai dengan kondisi dan besar usaha serta pasar setempat.

No.
URAIAN
VOLUME
SATUAN
HARGA
NILAI
I
INVESTASI
1
Kolam terpal
10
unit
500.000
5.000.000
2
Peralatan
1
paket
100.000
100.000
Jumlah
5.100.000
II
MODAL KERJA
1
Benih
18.000
ekor
250
4.500.000
2
Pakan
1800
kg
6.000
10.800.000
3
Tenaga kerja
1
Orang
1.000.000
2.000.000
4
Persiapan kolam
10
Paket
50.000
500.000
Jumlah
17.800.000
III
JUMLAH MODAL
1
Investasi
5.100.000
2
Modal kerja
17.800.000
Jumlah
22.900.000
IV
RUGI-LABA
1
Hasil produksi
1800
kg
11.000
19.800.000
2
Biaya operasional
a
Modal kerja
17.800.000
b
Penyusutan
1.020.000
Jumlah
18.820.000
Keuntungan
980.000
Per tahun
3.920.000

Keterangan
1 siklus : 2 (dua) bulan
1 tahun : 4 (empat) siklus
I unit : 12 m2
FCR : 1
SR : 80%
Kepadatan : 150 ekor/m2
Ukuran benih : 8-10 cm/ekor
Tenaga kerja : 1 (satu) orang x 2 bulan x Rp. 1.000.000
Peralatan : seser, timbangan, ember

R/C ratio
:
penerimaan total
/
biaya total
:
Rp. 9.800.000
/Rp.
17.800.000
:
1,11
Artinya , setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan
akan mendapatkan penerimaan Rp. 1,11
Cash flow
:
keuntungan
+
biaya penyusutan
:
Rp. 3.920.000
+
Rp. 1.020.000
:
Rp. 4.940.000








Payback period
:
(biaya investasi + biaya variabel) / cash flow (dalam thn)

(Rp. 5.100.000 + Rp. 17.800.000) / Rp.4.940.000

:
4,64 tahun








Biaya per kg
:
total biaya produksi / total panen

:
Rp. 18.820.000 / 1800 kg

:
Rp. 10.455,55






Rentabilitas ekonomi
:
keuntungan / (biaya investasi + biaya variabel) x 100%

:
Rp. 3.920.000 / (Rp. 5.100.000 + Rp. 17.800.000) x 100%

17,12 %
Break Event point (BEP) atau titik impas

:
biayatetap/(1-(biaya variabel/pendapatan)








Rp. 1.020.000 / (1- (Rp. 17.800.000 / Rp.19.800.000

:
Rp. 1.020.000 / (1-0,89)

:
Rp. 1.020.000 / 0,101
:
Rp. 10.098.000





BEP volume
:
total biaya produksi / harga jual per kg

:
Rp. 18.820.000 / Rp. 11.000

:
1710,91 kg/thn

Artinya, titik impas usaha dicapai pada
hasil ikan minimal 1710.91 kg/thn

BEP harga
:
total biaya produksi / total produksi

:
Rp. 18.820.000 / 1800
:
Rp. 10.455 kg/thn
Artinya, titik impas usaha dicapai pada
harga ikan minimal Rp. 10.455/kg

JUKNIS PAKAN UDANG (Bag 1)


Monday, 02 August 2010 13:45

Dalam budidaya ikan/udang secara intensif, pakan buatan memegang peranan yang sangat vital mengingat perannya sebagai sumber nutrient utama untuk pertumbuhan ikan/udang. Kualitas pakan buatan akan sangat menentukan keberhasilan produksi yang dicapai dalam suatu usaha budidaya ikan/udang. Oleh karena itu seyogyanya suatu pakan dibuat dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang mengarah kepada suatu proses pembuatan yang akan menghasilkan pakan yang mengandung nutrient yang sesuai dengan kebutuhan ikan/udang yang dibudidayakan. Kualitas pakan akan ditentukan oleh :
1. Jenis dan kualitas bahan baku penyusun pakan;
2. Kesesuaian formulasi pakan yang disusun dengan kebutuhan nutrient dari ikan/udang;
3. Proses pembuatan pakan hingga menjadi pellet
Dengan demikian perlu dibuat suatu acuan tentang ke tiga hal tersebut diatas agar diperoleh pakan dengan kualitas yang baik.
JENIS BAHAN BAKU
Bahan baku yang umum digunakan dalam suatu pakan masing-masing memiliki suatu karakteristik tersendiri, sesuai dengan unsur nutrient yang dikandungnya. Kualitas bahan yang memenuhi standar kimia dan fisik hendaknya menjadi kriteria dari pemilihan berbagai jenis bahan baku pakan makro yang biasa dipakai dalam pakan komersial beserta kualitas kimia yang disyaratkan
Dalam bab ini, bahan baku akan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu bahan baku nabati dan bahan baku hewani. Banyak sekali bahan baku nabati yang dapat diberikan kepada ikan, bahan baku nabati inilah, yang menyebabkan harga pakan menjadi dapat ditekan. Dari sekian banyak bahan baku nabati, 70 – 75% merupakan biji-bijian dan hasil olahannya, 15 – 25% limbah industri makanan, dan sisanya hijauan sebagaimana layaknya bahan pakan yang berasal dari biji-bijian, bahan pakan nabati ini sebagian besar merupakan sumber energi yang baik, tetapi karena asalnya dari tumbuhan, kadar serat kasarnya tinggi. Sebagai sumber vitamin, beberapa bahan berbentuk bijian atau olahannya tidaklah mengecewakan.
Bahan Baku Nabati
1. Jagung kuning
Selain jagung kuning, masih ada 2 warna lagi, pada jagung (Zea mays), yaitu jagung putih dan jagung merah. Diantara ketiga warna itu, jagung merah dan jagung putih jarang terlihat di Indonesia. Jagung kuning merupakan bahan baku ternah dan ikan yang popular digunakan di Indonesia dan di beberapa negara. Jagung kuning digunakan sebagai bahan baku penghasil energi, tetapi bukan sebagai bahan sumber protein, karena kadar protein yang rendah (8,9%), seperti yang terlihat pada tabel 1, bahkan defisien terhadap asam amino penting, terutama lysin dan triptofan.
Tabel 1 : Komposisi Jagung


Nutrisi

Kuantitas
Bahan kering
75 – 90 %
Serat kasar
2,0 %
Protein kasar
8,9 %
Lemak kasar
3,5 %
Energi gross
3918 Kkal/kg
Niacin
26,3 mg/kg
TDN
82 %
Calcium
0,02 %
Fosfor
3000 IU/kg
Vitamin A
Asam Pantotenat
3,9 mg/kg
Riboflavin
1,3 mg/kg
Tiamin
3,6 mg/kg

Sebagai sumber energi yang rendah serat kasarnya, sumber Xantophyll, dan asam lemak yang baik, jagung kuning tidak diragukan lagi. Asam linoleat jagung kuning sebesar 1,6%, tertinggi diantara kelompok biji-bijian. Untuk mengetahui kualitas jagung, digunakan analisis laboratorium yang biasanya dapat dilakukan di laboratorium makanan yang terdapat di tiap ibukota kabupaten, bahkan pabrik-pabrik pakan ikan.
Petunjuk :
1)   Ambil dahulu sedikit jagung kuning sebagai contoh.
2)   Berikan contoh itu ke laboratorium.
3)   Bandingkan hasil analisisnya dengan tabel kandungan nutrisi seperti pada  tabel 1; bila tidak terlalu jauh, maka jagung kuning itu dapat dipergunakan.
Pemeriksaan ini menjadi penting, sejak ditemukan banyak jagung kuning yang dipalsukan atau dicampur bahan lain.
2. Dedak halus
Dedak merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan tidak dikonsumsi manusia, sehingga tidak bersaing dalam penggunaannya. Dedak mengandung bagian luar beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian penutup beras itu. Hal ini mempengaruhi tinggi-rendahnya kandungan serat kasar dedak. Tabel 2 berikut menyajikan kualitas nutrisi dedak halus.
Tabel 2 : Kandungan Nutrisi Dedak
Nutrisi
Kuantitas
Bahan kering
91,0 %
Protein kasar
13,5 %
Lemak kasar
0,6 %
Serat kasar
13.0 %
Energi metabolis
1890,0 kal/kg
Calcium
0,1 %
Total Fosfor
1,7 %
Vitamin A
Asam Pantotenat
22,0 mg/kg
Riboflavin
3,0 mg/kg
Tiamin
22,8 mg/kg

Kandungan serat kasar dedak 13,6%, atau 6 kali lebih besar dari pada jagung kuning, merupakan pembatas, sehingga dedak tidak dapat digunakan berlebihan. Kandungan asam amino dedak, walaupun lengkap tapi kuantitasnya tidak mencukupi kebutuhan ikan, demikian pula dengan vitamin dan mineralnya.

3. Bungkil Kacang Kedelai
Selain sebagai bahan pembuat tempe dan tahu, kacang kedele mentah mengandung “penghambat trypsin” yang harus dihilangkan oleh pemanasan atau metoda lain, sedangkan bungkil kacang kedelai, merupakan limbah dari proses pembuatan minyak kedelai.

Tabel 3 : Komposisi Gizi Bungkil Kedelai
Nutrisi
Kuantitas
Protein kasar
42 – 50 %
Energi metabolis
2825 - 2890 Kkal/kg
Serat kasar
6 %

Tepung kedelai merupakan sumber protein nabati yang memiliki profil asam amino yang terbaik diantara sumber protein nabati lainnya. Tepung kedelai merupakan sumber protein yang murah dan harus mengandung protein di atas 44%. Yang menjadi faktor pembatas pada penggunaan kedelai ini adalah asam amino metionin.
Penggunaan tepung kedelai di dalam pakan komersial berkisar antara 10% sampai 25%. Tepung kedelai dalam pakan udang maksimum dipakai sebanyak 40% (Akiyama, 1988).

4. Bungkil Kacang Tanah
Merupakan limbah dari pengolahan minyak kacang atau olahan lainnya.Kualitas bungkil kacang tanah ini tergantung pada proses pengolahan kacang tanah menjadi minyak. Disamping itu, proses pemanasan selama pengolahan berlangsung, juga menentukan kualitas bungkil ini, selain dari kualitas tanah, pengolahan tanah dan varietas kacang itu sendiri.

Tabel 4 : Kandungan Nutrisi Bungkil Kacang Tanah
Nutrisi
Kandungan
Bahan kering
91,5 %
Protein kasar
47,0 %
Lemak kasar
1,2 %
Serat kasar
13,1 %
Energi metabolis
220

Kadar metionin, triptofan, treonin dan lysin bungkil kacang tanah juga mudah tercemar oleh jamur beracun Aspergillus flavus.

5. Tepung terigu
Tepung terigu biasanya merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam pakan untuk memenuhi formulasi sehingga prosentase keseluruhan bahan di dalam pakan menjadi 100%. Tepung terigu juga umum dipakai sebagai binder dalam pakan udang mengingat harganya yang relatif murah. Tepung terigu minimum harus mengandung protein sebanyak 12%, 30% dari protein tersebut dalam bentuk “wet gluten”. Tepung terigu biasanya dipakai dalam pakan udang sebanyak 20% sampai 30% dari total komposisi pakan.

6. Minyak Nabati
Penggunaan minyak diperlukan pada pembuatan pakan ikan yang membutuhkan pasokan energi tinggi, yang hanya dapat diperoleh dari minyak. Minyak nabati yang digunakan hendaknya minyak nabati yang baik, tidak mudah tengik dan tidak mudah rusak. Penggunaan minyak nabati yang biasanya berasal dari kelapa atau sawit pada umumnya berkisar antara 2 – 6 %.

7.  Hijauan
Sebagai bahan campuran pakan, kini hijauan mulai dilirik kembali, karena ternyata sampai batasan tertentu hijauan dengan protein tinggi dapat mensubstitusi tepung ikan. Hijauan yang dimaksud antara lain azola, turi dan daun talas, yang bila akan digunakan harus diolah terlebih dahulu, yakni pengeringan (oven atau panas matahari) tapi tidak boleh merusak warna, lalu penggilingan dan pengayakan.

Bahan Makanan Hewani
1. Tepung Ikan
Berasal dari ikan sisa atau buangan yang tidak dikonsumsi oleh manusia, atau sisa pengolahan industri makanan ikan, sehingga kandungan nutrisinya beragam, tapi pada umumnya berkisar antara 60 – 70%. Tepung ikan merupakan pemasok lysin dan metionin yang baik, dimana hal ini tidak terdapat pada kebanyakan bahan baku nabati. Mineral kalsium dan fosfornya pun sangat tinggi, dan karena berbagai keunggulan inilah maka harga tepung ikan menjadi mahal.

Tabel 5 : Kandungan Nutrisi Tepung Ikan
Komponen
Kandungan
Protein kasar
60 – 70 %
Serat kasar
1,0 %
Kalsium
5,0 %
Fosfor
3,0 %
Kadar air
6 – 10 %
Lipid
6 – 12 %
Abu
< 17 %
NaCl
< 3 %
NH3-N
<0,2 %
Amine
< 3.400 ppm
Antioksidan
250 -500 ppm

Tepung ikan merupakan bahan baku yang memiliki kandungan protein paling tinggi. Tepung ikan yang dipakai sebagai bahan penyusun pakan, terutama pakan yang kandungan proteinnya tinggi seperti pakan udang, harus mengandung kadar protein di atas 65%. Penurunan kadar protein ini biasanya diimbangi dengan peningkatan kadar abu, yang pada akhirnya akan meningkatkan kadar abu pakan atau tidak terpenuhinya unsur nutrient dalam pakan seperti yang telah diformulasikan. Penggunaan tepung ikan di dalam pakan komersial biasanya berkisar antara 10% sampai 40%. Kisaran jumlah yang dipakai ini semata-mata hanya didasarkan pada pertimbangan harga, bukan dari aspek nurisi.
Kualitas tepung ikan dipengaruhi oleh berbagai factor seperti kesegeran ikan dan metode pengeringannya. Metode vacuum dan steam merupakan cara pengeringan yang direkomendasi dalam pembuatan tepung ikan. Pengeringan dengan pengapian menyebabkan tepung tersebut terkena suhu yang sangat tinggi sehingga ketersediaan protein menjadi menurun, terjadi oksidasi lipid, serta terbentuk zat anti nutrient seperti histamine misalnya.

2. Tepung cumi
Tepung cumi merupakan bahan baku yang sangat baik untuk pakan udang. Di dalam bahan ini terkandung factor pemicu pertumbuhan udang. Faktor tersebut diduga sebagai suatu unsure peptide, yang meningkatkan efisiensi system pencernaan udang, sehinga meningkatkan laju pertumbuhan udang. Tepung cumi juga merupakan atraktan yang sangat baik. Tepung cumi mengandung kolesterol, phospholipid, serta asam lemak eicosapentaenoic acid (EPA dan decosahexaenoic acid (DHA) yang sangat tinggi.
Tepung cumi harus mengandung protein di atas 40% dan lipid di atas 5%. Tepung cumi bias digunakan sebanyak 2% sampai 10% dari total bahan di dalam pakan udang. Rendahnya pemakaian bahan baku ini di dalam pakan biasanya karena dibatasi harga dan ketersediaan bahan.

3. Tepung udang/kepala cumi
Tepung udang merupakan sumber mineral, chtin, cholesterol, phospholipid, serta asam lemak EPA dan DHA. Tepung udang juga merupakan aktraktan yang baik dalam pakan. Kandungan protein dan lipid dalam tepung udang minimum masing-masing sebanyak 32% dan 4%, serta serat dasar di bawah 14%. Penggunaan tepung kepala udang dalam pakan biasanya sekitar 5% sampai 10%. Keterbatasan penggunaannya ini disebabkan oleh kandungan serat kasar yang tinggi.

4. Tepung Darah
Merupakan limbah dari rumah potong hewan, yang banyak digunakan oleh pabrik pakan, karena protein kasarnya tinggi. Walaupun demikian ada pembatas “religius” dan “dampak kesehatan”. Baik buruknya tepung darah yang digunakan sebagai bahan baku dari segi kesehatan, tergantung pada bagaimana bahan itu diperoleh dari rumah potong hewan. Bila berasal dari penampungan yang bercampur kotoran, tentu bahan ini tidak layak digunakan, tapi bila berasal dari penampungan yang bersih, maka tepung ini memenuhi syarat sebagai bahan baku pakan.

Tabel 6 : Kandungan Nutrisi Tepung Darah
Komponen
Kandungan
Protein kasar
80 %
Lemak kasar
1,6 %
Serat kasar
1,6 %

Kelemahan dari tepung darah adalah miskin isoleucin dan rendah kalsium dan fosfor, juga bila dipakai lebih dari 5% akan menimbulkan efek “bau darah” pada ikan.

5. Sisa Potongan Rumah Jagal/Tepung Tulang
Berasal dari tulang-tulang dengan sedikit daging yang melekat, kemudian dikeringkan dan digiling, di pasaran biasa disebut tepung tulang. Bahan ini dapat digunakan antara 2,5 – 10% dalam formula pakan dan lebih bersifat sebagai pendamping tepung ikan. Bila digunakan berlebihan, tentu tidak menguntungkan, karena kalsium akan terlalu banyak sehingga menurunkan selera makan.

6. Protein Sel Tunggal
Sebagai sumber protein, memang protein sel tunggal dapat dijadikan alternatif dari cara yang sudah ada. Kandungan proteinnya beragam sekali, mulai dari 30 – 80%, tergantung dari bahan protein sel tunggalnya yaitu bakteri, jamur, ragi dan alga.

7. Tepung Bulu Terolah
Tepung bulu diperoleh dengan merebus bulu unggas dalam wadah tertutup dengan tekanan 3,2 atmosfer selama 45 menit dan dikembalikan lagi pada tekanan normal, setelah itu dikeringkan pada temperatur 60oC dan digiling hingga halus. Tepung bulu mempunyai energi metabolis 2354 kal/kg dan asam amino tersedia sebesar 65% dan penggunaannya maksimal 10%.

8. Limbah Unit Penetasan Ayam
Dalam penetasan telur ayam ras, ada telur-telur yang tidak bertunas atau bertunas tapi mati, yang biasanya menjadi limbah. Limbah unit penetasan ini akan berguna sekali untuk makanan unggas dan ikan.

9. Sumber lipid
Sumber lipid yang akan dipakai, terutama lipid hewani yang kaya akan asam lemak esensial, gampang sekali terkena oksidasi. Oleh karena itu perlu ditambahkan kedalamnya antioksidan untuk mencegah terjadinya oksidasi selama penyimpanan dan setelah proses pembuatan pakan. Pengadaan lipid ini harus memenuhi criteria seperti pada Tabel 7.

Tabel 7. Spesifikasi minyak ikan untuk pakan
Katagori
Nilai
Asam lemak bebas
< 3%
Moisture
< 1%
Nitrogen
< 1%
Totoks1)
< 20%
Penambahan antioksidan
250-500 ppm

1) Totoks = 2 x bilangan peroksida + bilangan anisidine


Bahan Baku Tambahan
1. Ragi
Ragi merupakan sumber vitamin dan immuno-stimulant. Penggunaan ragi di dalam pakan akan menurunkan palatibilitas pakan. Ragi digunakan antara 2% sampai 5% dalam pakan.
2. Zeolite
Zeolit ditambahkan ke dalam pakan maksimum sebanyak 2%. Zeolit juga berfungsi sebagai carrier untuk trace mineral premiks.